Jumat, 08 Juni 2012

Siklus Kehidupan Keong Emas


 
        Siklus hidup keong mas bergantung pada temperatur, hujan, atau ketersediaan air dan makanan. Pada lingkungan dengan temperatur yang tinggi dan makanan yang cukup, siklus hidup pendek, sekitar tiga bulan, dan bereproduksi sepanjang tahun. Jika makanan kurang, siklus hidupnya panjang dan hanya bereproduksi pada musim semi atau awal musim panas (Estebenet dan Cazzaniga, 1992). Di daerah subtropis (Buenos Aires), keong aktif dan bereproduksi dari awal musim semi (Oktober)sampai akhir musim panas (Maret atau April). 
     Selanjutnya keong mengubur diri dalam tanah yang lembab, dan aktif lagi pada saat temperatur air naik pada musim semi (Estebenet dan Cazzaniga, 1992). Di daerah tropis, keong aktif dan bertelur sepanjang tahun (Hylton Scott, 1958 dalam Cazzaniga, 2006). Keong yang berukuran 2,5 cm sudah mulai bertelur. Kalau makanan cukup dan lingkungan mendukung, setelah satu sampai dua kali bertelur, ukuran keong bertambah besar.

Keong mas dan juga famili Ampullaridae yang lain bersifat amfibi, karena mempunyai insang dan paru-paru. Paru-paru tertutup jika sedang tenggelam dan terbuka setelah keluar dari air. Keong mas juga mempunyai sifon pernafasan untuk bergerak sambil mengambang. Semua kelebihan tersebut berguna untuk mekanisme survival. Pada musim kemarau keong berdiapause pada lapisan tanah yang masih lembab, dan muncul kembali jika lahan digenangi air. Jika hidup pada tanah kering, keong mas akan ganti bernafas dari aerobik menjadi anaerobik. Indera yang paling aktif adalah penciuman yang bisa mendeteksi makanan dari lawan jenis. 
      
     Keong mas sanggup hidup 2-6 tahun dengan keperidian yang tinggi. Telur diletakkan dalam kelompok pada tumbuhan, pematang, ranting, dan lain-lain, beberapa cm di atas permukaan air. Pada umumnya telur berwarna merah muda, dengan diameter telur berkisar antara 2,2-3,5 mm, tergantung pada lingkungan. Telur diletakkan berkelompok sehingga menyerupai buah murbei. Warna kelompok telur berubah menjadi agak muda menjelang menetas. Pada temperatur 32-36ºC dengan kelembaban 80-90% pada pk. 8.00 dan pada temperatur 42-44ºC dengan kelembaban 76-80% pada pk. 14.00 di rumah kasa BB Padi Sukamandi, tiap kelompok telur keong mas berisi 235 hingga 860 butir dengan rata-rata 485±180 butir. Daya tetas berkisar antara 61-75%. Telur menetas setelah 8-14 hari . Pada temperatur 23-32ºC, dalam sebulan seekor keong mas dapat bertelur 15 kelompok yang terdiri atas 300 sampai 1.000 butir tiap kelompok (Hatimah dan Ismail, 1989).       

         Ukuran keong yang baru menetas 2,2-3,5 mm dan menjadi dewasa dalam 60 hari atau lebih, bergantung pada lingkungan. Mortalitas keong sangat rendah, dalam stadia juvenile selama 30 hari survival dari juvenile yang berdiameter 0,5 cm antara 95 sampai 100% 
Dikutip dari (Kurniawati dkk, 2007).



     Baca juga informasi dibawah ini :

Semua Tentang Keong Emas
  1. Siklus Kehidupan Keong Emas
  2. Sejarah dan penyebaran keong emas
  3. Habitat Penyebaran dan daya rusak hama keong emas
  4. Biologi dan morfologi keong emas
  5. Antisipasi Terhadap Pertumbuhan Keong Emas 
  6. Morfologi Keong Emas 
  7. Siklus Hidup Keong Emas




Sejarah dan Penyebaran Keong Emas


          Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) diperkenalkan ke Asia pada tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia. Sayangnya, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.
Proses perkembangan keong mas di beberapa Negara juga sama dengan di Indonesia. Di Jepang pada tahun 1982, hama keong mas merusak 17.000 ha tanaman di lahan sawah dan meningkat menjadi 151.000 ha pada tahun 1986 (Mochida, 1991 dalam Joshi, 2006). Filipina mendatangkan keong dari Taiwan untuk dipelihara sebagai sumber protein, ternyata kecepatan perkembangan hama ini melebihi permintaan. Karena tidak menguntungkan, banyak kolam yang ditelantarkan dan keong mas kemudian berkembang di sawah. Filipina merupakan negara yang tanaman padinya terluas diserang keong mas dan terus meningkat dari 300 ha pada tahun 1986 menjadi 326.000 ha pada tahun1998 kemudian meningkat lagi menjadi 800.000 ha pada tahun 1995 (Cagauan dan Joshi, 2004). Negara lain yang tanaman padinya terserang keong mas adalah Vietnam, Thailand, Sabah, Laos PDR, dan Kamboja. Di Hawai keong mas menyerang perkebunan tanaman talas (Joshi, 2006).

Keong mas semula didatangkan di Indonesia sebagai hewan hias, pembersih akuarium, penghasil protein hewani dan sebagai komoditas eksport karena harganya tinggi pada waktu itu. Namun karena kurangnya pengawasan maka banyak keong
mas yang lolos dari kolam tertutup melalui saluran pembuangan dan dapat menyesuaikan diri sehingga berhasil mengembangkan keturunannya di kolam-kolam terbuka atau tempat-tempat genangan air dan akhirnya sampai ke sawah (BPTPH-I, 1997).
Perkembangan dan penyebaran ini akan terus meningkat karena ditunjang oleh mobilitas keong mas yang tinggi, baik secara pasif dengan mengikuti aliran air irigasi dan sarana transportasi air maupun pergerakan aktif dari keong itu sendiri, sehingga menyebabkan semakin sulit pengendalian kepadatan populasi dan penyebaran keong mas.
Kini keong mas termasuk spesies asing yang berkembang dan paling merugikan. Kerugian yang disebabkan oleh keong mas bukan hanya turunnya hasil panen padi, tetapi juga bertambahnya biaya pengendalian. Tambahan biaya untuk menanam ulang atau menyulam akan mengurangi keuntungan petani.


Baca juga informasi dibawah ini :

Semua Tentang Keong Emas
  1. Siklus Kehidupan Keong Emas
  2. Sejarah dan penyebaran keong emas
  3. Habitat Penyebaran dan daya rusak hama keong emas
  4. Biologi dan morfologi keong emas
  5. Antisipasi Terhadap Pertumbuhan Keong Emas 
  6. Morfologi Keong Emas 
  7. Siklus Hidup Keong Emas



Habitat, penyebaran dan daya rusak Hama Keong Emas


Keong mas pada kolam, rawa, dan lahan yang selalu tergenang termasuk sawah, didaerah tropik dan subtropik dengan temperatur terendah 10˚C (Anonim, 2006). Hewan ini mempunyai insang dan organ yang berfungsi sebagai paru-paru yang digunakan untuk adaptasi di dalam air maupun di darat. Paru-paru merupakan organ tubuh yang penting untuk hidup pada kondisi yang berat. Gabungan antara operculum dengan paru-paru merupakan daya adaptasi untuk menghadapi kekeringan. Jika air berkurang dan tanah atau lumpur menjadi kering, keong mas membenamkan diri ke dalam tanah, sehingga metabolisme berkurang dan memasuki masa diapause. Fungsi paru-paru bukan hanya untuk bernafas tetapi juga untuk mengatur pengapungan. Keong mas dapat hidup pada lingkungan yang berat, seperti air yang terpolusi atau kurang kandungan oksigen.

Introduksi keong mas dari habitat aslinya di Amerika Selatan ke beberapa negara untuk berbagai keperluan menyebar dengan cepat. Habitat yang kondusif bagi keong mas di daerah yang baru mmenyebabkan populasi meningkat dan menjadi hama baru bagi tanaman padi. Keong mas salah satu dari 100 spesies biota di tempat hidup yang baru dan paling merugikan (Joshi, 2005). Invasi keong mas berkaitan dengan daya reproduksi yang tinggi, kemampuan beradaptasi yang cepat dengan lingkungan, dan rakus makan pada kondisi tanaman inang yang beragam, sehingga dapat mengalahkan perkembangan siput atau keong lokal.

Keong mas yang ada di Indonesia berasal dari Argentina . Pada tahun 1980-an keong mas menyebar dengan cepat beberapa negara di Asia, atas campur tangan manusia. Secara biologi mustahil keong mas dapat menyeberang dari Amerika selatan ke Asia . Awal introkduksi ke negara-negara di Asia, keong mas digunakan untuk bermacam-macam tujuan. Di Filipina, misalnya, Keong mas digunakan sebagai bahan makanan, sementara di Indonesia dijadikan sebagai hewan hias pada aquarium.

Sampai tahun 1987, di Indonesia masih ada keinginan untuk mengembangbiakkan keong mas sebagai komoditas ekspor. Semula hewan ini dianggap tidak merugikan. Kemudian muncul polemik tentang kemungkinan keong mas berkembang menjadi hama tanaman. Kenyataannya keong mas telah menyebar luas di Sumatera (bengkulu, Jambi, Lampung, Pariaman, Riau), Papua (Biak dan Wamena), Sulawesi (Bone, Makasar Manado, Maros, Palu dan Pangkep), Kalimantan (Balikpapan dan Samarinda), Buton, Jawa, Bali, dan Lombok (Hendarsih et al., 2006). Di Jawa Barat sampai tahun 1992 tidak ditemukan keong mas di sawah dan hanya dipelihara di kolam. Sejak tahun 1996, hama ini ditemukan menyerang tanaman padi pada lahan di 12 kabupten dan pada tahun 1999 berkembang menjadi 16 kabupaten (Hendarsih, 2002). Luas areal pertanaman padi sawah yang terserang keong mas baru tercatat secara resmi pada tahun 1997, yaitu 3.630 ha. Pada tahun 2003 luas serangan keong mas mencapai lebih dari 13.000 ha dan meningkat menjadi 22.000 ha pada tahun 2007

Tanaman padi rentan terhadap serangan keong mas sampai 15 hari setelah tanam untuk padi tanam pindah dan 30 hari setelah tebar untuk padi sebar langsung. Tingkat kerusakan tanaman padi sangat bergantung pada populasi ukuran keong, dan umur tanaman. Tiga ekor keong mas per m2tanaman padi sudah mengurangi hasil secara nyata. Pada padi varietas Ciherang yang berumur 15 hari setelah tebar, keberadaan keong mas dengan tutup cangkang berdiameter 0,5 cm selama selama 13 hari hampir tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman. Keong mas dengan diameter 1,0 cm menyebabkan sedikit kerusakan, sedangkan yang berdiameter 1,5 ; 2,0 dan 2,5 cm sudah menyebabkan kerusakan berat pada tanaman sejak hari pertama dan pada hari ketiga kerusakan tanman sudah mencapai lebih dari 97% (Hendarsih dan Kurniawati, 2005). Keong mas berukuran panjang 4 cm lebih ganas, dapat merusak tanaman padi yang ditanam pindah maupun tebar langsung.

Penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pilihannya adalah penggunaan pestisida hayati tumbuhan. Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan sendiri sebenarnya kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai ditanah (biodegradable) dan tidak membahayakan hewan, manusia atau serangga non sasaran (Dishut, 2009).

Pestisida nabati merupakan salah satu sarana pengendalian hama alternatif yang layak dikembangkan, karena senyawa pestisida dari tumbuhan tersebut mudah terurai dilingkungan dan relatif aman terhadap mahkluk bukan sasaran (Martono, dkk, 2004).

Pestisida botani adalah produk alam berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik dan zat-zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi berpengaruh terhadap system saraf otot, keseimbangan hormon, reproduksi, perilaku berupa penolak, penarik, “anti makan” dan system pernafasan OPT. Senyawa bioaktif ini dapat dimanfaatkan seperti layaknya sintetik, perbedaannya bahan aktif pestisida nabati disintesa oleh tumbuhan dan jenisnya dapat lebih dari satu macam (campuran) (Hidayat, 2001).

Beberapa jenis tanaman dapat bertindak sebagai moluskisida nabati untuk mengendalikan keong mas (Nizmah, 1999). Pinang, tembakau dan daun sembung juga efektif mengendalikan keong mas (anonym, 2006).
Tanaman Pinang

Tanaman Pinang (Areca catechu L.) umumnya ditanam di pekarangan, sebagai tanaman pembatas tanah (pagar) dan dibudidayakan sebagai tanaman sela, bahkan kadang tumbuh liar di tepi sungai dan tempat-tempat lain. Tanaman pinang dapat ditemukan dari 1 - 1.400 m dpl (Anonimus, 2009).
Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10 - 30 m, diameter 15 - 20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai daun pendek. Panjang helaian daun 1 - 1,8 m, anak daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek dan bergigi.
Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu.
Komposisi Buah Pinang
Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti Arekolin (C8 H13 NO2), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine. Selain itu juga mengandung red tanin 15%, lemak 14% (palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid), kanji dan resin. Biji segar mengandung kira-kira 50% lebih banyak alkaloid, dibandingkan biji yang telah diproses. Ekstrak etanolik biji buah pinang mengandung tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, dan senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang and Lee, 1996).
Spesifikasi simplisia tepung etanol biji pinang adalah; dalam bentuk pewarnaan Tepung etanol biji pinang dominan berwarna coklat kemerahan, rasa pahit, kental, mengandung kaloid, saponin, flavonoid, tanin, polifenol, kadar abu kadar air, dan antrakinon (Anonimus, 2009). Saponin yang terdapat pada tanamaN pinang tersebar di semua bagian tanaman dari akar batang daun bunga dan buah, tapi bagian tanaman pinang yang terbanyak mengandung zat saponin terdapat pada buah pinang (Wikipedia, 2009).
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan (Wikipedia, 2009).
Sifat-sifat Saponin adalah: 1. Mempunyai rasa pahit, 2. Dalam larutan air membentuk busa yang stabil, 3. Menghemolisa eritrosit (pembekuan sel darah merah), 4. Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi, 5. Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidrok-sisteroid lainnya, 6. Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi, 7. Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati. Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid).




   

Baca juga informasi dibawah ini :

Semua Tentang Keong Emas
  1. Siklus Kehidupan Keong Emas
  2. Sejarah dan penyebaran keong emas
  3. Habitat Penyebaran dan daya rusak hama keong emas
  4. Biologi dan morfologi keong emas
  5. Antisipasi Terhadap Pertumbuhan Keong Emas 
  6. Morfologi Keong Emas 
  7. Siklus Hidup Keong Emas

Biologi dan Morfologi Keong Mas


Keong mas satu famili dengan keong lokal, yaitu keong gondang Pila ampullaceae (Marwoto, 1997), famili Ampullariidae yang merupakan siput air tawar. Siput ini berbentuk bundar atau setengah bundar. Rumah siput berujung pada menara pendek dengan 4-5 putaran kanal yang dangkal. Pada mulut rumah siput terdapat penutup mulut yang disebut operculum yang kaku. Keluarga siput Ampullaridae berukuran besar, rumah siput bias mencapai 100 mm.

Keong mas sebagai fauna pendatang mudah dibedakan dari keong gondang, baik dari bentuk maupun ukuran rumah siput dan warna kelompok telur. Persamaan antara keong gondang dengan keong mas adalah pada bentuk rumah siput dan kelompok telur. Kelompok telur keong mas berwarna merah muda yang diletakkan diatas permukaan air, sedangkan kelompok telur keong gondang berwarna putih yang diletakkan di bibir permukaan air. Telur keong gondang lebih besar dari keong mas, tetapi jumlah telur untuk tiap kelompok sedikit. Satu kelompok telur keong gondang hanya terdiri atas 15-35 butir (Djayasasmita, 1987).

Marwoto (1997) melaporkan tiga spesies Pomaceae di Indonesia, yaitu Pomaceae canaliculata, P. insularum, dan P. paludosa. Menurut Cowie et al (2007). Pomacae canaliculata Lamarck sama dengan P. insularum. Penamaan yang berbeda dari spesies yang sama terebut karena P. canaliculata banyak ditemukan pada lahan yang tergenang, sedangkan P. insularum banyak ditemukan pada air dengan arus yang mengalir. Berdasarkan contoh keong mas yang diambil dari beberapa negara di Asia Tenggara, keong mas termasuk P. canaliculata Lamarck berasal dari beberapa daerah di Amerika Selatan, termasuk Argentina (Cowie et al., 2006). P. paludosa di Amerika Serikat diperdagangkan sebagai hiasan aquarium. Di Indonesia, P. paludosa yang ada saat ini bisa saja didatangkan untuk keperluan hiasan aquarium.
Determinasi untuk menentukan spesies dari famili Ampullariidae berdasarkan pada mulut keong (aperture), bentuk rumah siput, umbilicus, kerutan dari menara rumah siput dan tutup keong (operculum). Ukuran rumah siput, dan kelenturan operculum (Anonim, 2006).
Keong mas termasuk
Filum : Molluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Ampullaridae
Genus : Pomacea
Spesies : Pomacea canaliculata Lamarck
P. canaliculata Lamarck secara morfologi ditandai oleh karakteristik sebagai berikut: rumah siput bundar dan menara pendek; rumah siput besar, tebal, lima sampai enam putaran didekat menara dengan kanal yang dalam, mulut besar dengan bentuk bulat sampai oval, operculum tebal rapat menutup mulut, berwarna cokelat sampai kuning muda, bergantung pada tempat berkembangnya, dagingnya lunak berwarna putih krem atau merah jambu keemasan atau kuning orange. Operculum betina cekung dan tepi mulut rumah siput melengkung kedalam, sebaliknya operculum jantan cembung dan tepi mulut rumah siput melengkung keluar.


Baca juga informasi dibawah ini :

Semua Tentang Keong Emas
  1. Siklus Kehidupan Keong Emas
  2. Sejarah dan penyebaran keong emas
  3. Habitat Penyebaran dan daya rusak hama keong emas
  4. Biologi dan morfologi keong emas
  5. Antisipasi Terhadap Pertumbuhan Keong Emas 
  6. Morfologi Keong Emas 
  7. Siklus Hidup Keong Emas

ANTISIPASI TERHADAP PERTUMBUHAN HAMA KEONG EMAS


       Pada tahun 1980an Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ini pertama kalinya diperkenalkan ke Asia dariAmerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia. Kemudian keong mas ini ternyata menjadi hama utama bagi tanaman padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, maupun di Indonesia. Keong mas ini merusak tanaman padi dengan cara memakan tanaman padi yang masih muda pada saat pertumbuhan awal dari tanaman padi tersebut.
         Untuk mengendalikan keong mas kita dapat melakukannya -/+ 10 hari pertama setelah tananman padi pindah tanam dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada tabela (tanam benih secara langsung). Yang mana tingkat pertumbuhan tanaman biasanya lebih tinggi daripada tingkat kerusakan akibat keong emas tersebut. Cara – cara yang dapat menyebabkan pertumbuhan keong emas sedikit tertekan populasinya yaitu :
• Akibat semut merah memakan telur keong, dan bias juga bebek ataupun tikus yang memakan keong muda. Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35 hari setelah tanam); keong dapat dipanen, dimasak untuk dimakan oleh manusia.
• Dengan cara mengambil keong emas dan menghancurkan telurnya. Hal ini paling baik dilakukan di pagi dan sore hari ketika keong berada pada keadaan aktif.
• Kita menaruh beberapa dedaunan pelepah pisang untuk menarik perhatian keong sehingga kita bias lebih mudah memungut keong tersebut
• Keong bersifat aktif pada air yang menggenang/ diam dan karenanya, perataan tanah dan
pengeringan sawah yang baik dapat menekan kerusakan. Buat saluran-saluran kecil (misalnya,
lebar 15-25 cm dan dalam 5 cm) untuk memudahkan pengeringan dan bertindak sebagai
titik fokus untuk mengumpulkan keong atau membunuh keong secara manual. Apabila pengendalian air baik, pengeringan dan pengaliran air ke sawah dilakukan hingga stadia anakan
(misalnya, 15 hari pertama untuk tanam pindah dan 21 hari pertama untuk tabela).
• Tempatkan tanaman beracun (misalnya daun eceng (Monochoria vaginalis), daun tembakau,
dan daun Kalamansi) pada bidang-bidang sawah atau di saluran-saluran kecil.
• Tempatkan penyaring dari kawat atau anyaman bambu pada saluran keluar dan masuk irigasi
utama untuk mencegah masuknya keong dari lahan lain. Manfaat dari tindakan ini agak
terbatas karena kebanyakan keong mengubur dirinya sendiri dan “hibernasi” di sawah ketika
tanah mengering.
• Tanam bibit-bibit yang sehat dengan anakan yang sehat. Terkadang, tanam pindah dapat
ditunda (misalnya bibit berumur 25-30 versus 12-15 hari), atau tanam bibit ganda per
rumpun.
• Pengendalian dengan pestisida berbahan aktif niclos amida dan deris mungkin dibutuhkan
bila praktek-praktek lainnya gagal. Cek produkproduk yang tersedia secara lokal yang
memiliki kadar racun rendah terhadap manusia dan lingkungan. Pertimbangkan
untuk menggunakan produk-produk untuk tempat-tempat rendah dan kanal-kanal kecil,
bukan ke seluruh bidang sawah. Selalu pastikan penggunaan yang aman.



 

Baca juga informasi dibawah ini :

Semua Tentang Keong Emas
  1. Siklus Kehidupan Keong Emas
  2. Sejarah dan penyebaran keong emas
  3. Habitat Penyebaran dan daya rusak hama keong emas
  4. Biologi dan morfologi keong emas
  5. Antisipasi Terhadap Pertumbuhan Keong Emas 
  6. Morfologi Keong Emas 
  7. Siklus Hidup Keong Emas